TEORI HUBUNGAN DALAM PENELITIAN
(TEORI HUBUNGAN DALAM PENELITIAN)
A.
Teori
1. Pengertian
Teori
Teori
adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn
mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka
definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan
pernyataan hubungan dapat saling berhubungan (Research Design: 120).
Kata
teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta .Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori
umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan
pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal
dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan
penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan
secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman
mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan
abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
dunia sosial (Social Research Methods: 42).
Perlu
diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang
bias dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan di antara kedunya,
tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi
ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori
yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara
keseluruhan adalah sebuah ideologi.
Dalam
ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka
pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori
dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun
teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya,
benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering
kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila
kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas
banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling
berkaitan.
Istilah
teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu
teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan
akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan
menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat
miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup
bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum
ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah
itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum
(http://www.evolution.mbdojo.com/theory.html).
Sedangkan
menurut beberapa ahli pengertian dari teori adalah :
a. Teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep (Masri Singarimbun, 1998: 37).
b. Teori
merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti
ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka
teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu
menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan
dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. (Suyanto, 2005:34)
c. Teori
menurut F.M Kerlinger (dalam Rakhmat, 2004 : 6) merupakan himpunan konstruk
(konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan
dan meramalkan gejala tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis
(yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau
dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai
wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
mencermati lebih jauh mengenai teori, yakni:
a. Teori
adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak (construct) yang sudah
didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut
secara jelas.
b. Teori
menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga pandangan yang
sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan oleh variable dengan jelas
kelihatan.
c. Teori
menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan
dengan variable yang lain.
(Sukmadinata, 2006:24)
2. Elemen
dalam Teori
Di dalam sebuah teori
terdapat beberapa elemen yang mengikutinya. Elemen ini berfungsi untuk
mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
a. Elemen
pertama yaitu konsep.
Konsep
adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan symbol atau kata (W.L Neuman: 44).
Konsep dibagi dua yaitu, simbol dan definisi.Dalam ilmu alam konsep dapat
diekspresikan dengan simbol-simbol seperti, ”∞” = tak terhingga, ”m”= Massa,
dan lainya. Akan tetapi, kebanyakan di dalam ilmu sosial konsep ini lebih
diekspresikan dengan kata-kata tidak melalui simbol-simbol. Menurut Neuman
kata-kata juga merupakan simbol karena bahasa itu sendiri adalah simbol. Karena
mempelajari konsep dan teori seperti mempelajari bahasa. Konsep selalu ada di
mana pun dan selalu kita gunakan (W.L Neuman: 45).
Misalnya kita
membicarakan tentang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu konsep, ia
merupakan ide abstrak yang hanya di dalam pikiran kita saja.
b. Elemen
kedua yaitu Scope.
Dalam
teori seperti yang dijelaskan di atas memiliki konsep. Konsep ini ada yang
bersifat abstrak dan ada juga yang bersifat kongkret. Teori dengan
konsep-konsep yang abstrak dapat diaplikasikan terhadap fenomena sosial yang
lebih luas, dibanding dengan teori yang memiliki konsep-konsep yang kongkret.
Contohnya, teori yang diungkapkan oleh Lord Acton ”kekuasaan cenderung
dikorupsikan”. Dalam hal ini kekuasaan dan korupsi ada pada lingkup yang
abstrak. Kemudian kekuasaan ini dalam lingkup kongkret sepeti presiden, raja,
jabatan ketua RT,dll. Dan korupsi dalam lingkup kongkret seperti korupsi uang.
c. Elemen
ketiga adalah relationship.
Teori
merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep atau secara lebih jelasnya teori
merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan. Hubungan ini seperti pernyataan
sebab-akibat (causal statement) atau proposisi. Proposisi adalah sebuah
pernyataan teoritis yang memperincikan hubungan antara dua atau lebih variable,
memberitahu kita bagaimana variasi dalam satu konsep dipertangggung jawabkan
oleh variasi dalam konsep yang lain. Ketika seorang peneliti melakukan tes
empiris atau mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal ini disebut sebuah
hipotesa. Sebuah teori sosial juga terdiri dari sebuah mekanisme sebab akibat,
atau alasan dari sebuah hubungan, sedangkan mekanisme sebab akibat adalah
sebuah pernyataan bagaimana sesuatu bekerja.
B.
Hubungan
/ Korelasi
1.
Pengertian
Hubungan/ Korelasi
Korelasi
menurut KBBI adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat: ada lingkungan
hubungan antara dua sifat kuantitatif yang disebabkan oleh lingkungan yang
sama-sama mempengaruhi kedua sifat. (https://kbbi.web.id/korelasi)
Sedangkan
Menurut Sugiono
(2014:87) metode korelasi
adalah metode pertautan atau
metode penelitian yang berusaha
menghubung-hubungkan antara
satu unsur/elemen dengan
unsur/elemen lain untuk
menciptakan bentuk dan wujud
baru yang berbeda
dengan sebelumnya.
Gay
dalam Sukardi (2008:166) menyatakan penelitian korelasi merupakan salah satu
bagian penelitian ex–post facto karena pada umumnya peneliti tidak memanipulasi
keadaan variabel yang ada dan langsung mencari adanya suatu hubungan dan
tingkat hubungan variabel yang dinyatakan dalam koefisien korelasi.
Korelasi
merupakan teknik analisis yang termasuk
dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of
association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat
dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson
Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Pengukuran asosiasi mengenakan nilai
numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara
variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua
variabel tersebut disebut independen.
Korelasi
bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih
dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus
berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal.
Kuat lemah hubungan diukur menggunakan jarak (range) 0 sampai dengan 1.
Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed).
Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya
jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi
disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah
suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika
koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat
hubungan antara dua variabel tersebut. Jika
koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut
sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan
(slope) positif. Sebaliknya. jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka
hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear
sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Dalam korelasi sempurna tidak
diperlukan lagi pengujian hipotesis mengenai signifikansi antar variabel yang
dikorelasikan, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna.
Artinya variabel X mempunyai hubungan sangat kuat dengan variabel Y. Jika
korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut.
2.
Kegunaan
Korelasi
Pengukuran asosiasi
berguna untuk mengukur kekuatan (strength) dan arah hubungan hubungan antar dua
variabel atau lebih.
Contoh:
Mengukur hubungan
antara variabel:
a) Motivasi
kerja dengan produktivitas;
b) Kualitas
layanan dengan kepuasan pelangga;
c) Tingkat
inflasi dengan IHSG
Pengukuran
ini mempunyai hubungan antara dua variabel untuk masing-masing kasus yang akan
menghasilkan keputusan, diantaranya:
a) Hubungan
kedua variabel tidak ada;
b) Hubungan
kedua variabel lemah;
c) Hubungan
kedua variabel cukup kuat;
d) Hubungan
kedua variabel kuat; dan
e) Hubungan
kedua variabel sangat kuat.
Penentuan
tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1,
maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan
semakin lemah.
3.
Macam
– macam Korelasi
Korelasi
sebagai sebuah analisis memiliki berbagai jenis menurut tingkatannya. Beberapa
tingkatan korelasi yang telah dikenal selama ini antara lain adalah korelasi
sederhana, korelasi parsial, dan korelasi ganda. Berikut ini adalah penjelasan
dari masing-masing korelasi dan bagaimana cara menghitung hubungan dari
masing-masing korelasi tersebut.
a) Korelasi
Sederhana
Korelasi
Sederhana merupakan suatu teknik statistik yang dipergunakan untuk mengukur
kekuatan hubungan antara 2 variabel dan juga untuk dapat mengetahui bentuk
hubungan keduanya dengan hasil yang bersifat kuantitatif. Kekuatan hubungan
antara 2 variabel yang dimaksud adalah apakah hubungan tersebut erat,
lemah, ataupun tidak erat. Sedangkan
bentuk hubungannya adalah apakah bentuk korelasinya linear positifataupun
linear negatif. Di antara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi,
terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu
Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman.
1) Korelasi
Pearson Product Moment adalah korelasi yang digunakan untuk data kontinu dan
data diskrit. Korelasi pearson yang merupakan pengukuran parametrik, akan menghasilkan koefesien korelasi yang
berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan linier antara dua variable. Jika
hubungan dua variable tidak linier, maka koefesien korelasi Pearson tersebut
tidak mencerminkan kekuatan hubungan dua variable yang sedang diteliti; meski
kedua variable mempunyai hubungan kuat. Simbol untuk korelasi Pearson adalah
"p" jika diukur dalam populasi
dan "r" jika diukur dalam
sampel. Korelasi Pearson mempunyai jarak antara -1 sampai dengan + 1.
Jika koefesien korelasi adalah -1, maka kedua variable yang diteliti mempunyai
hubungan linier sempurna negatif. Jika koefesien korelasi adalah +1, maka kedua
variable yang diteliti mempunyai hubungan linier sempurna positif. Jika
koefesien korelasi menunjukkan angka 0, maka tidak terdapat hubungan antara dua
variable yang dikaji. Jika hubungan dua variable linier sempurna, maka sebaran
data tersebut akan membentuk garis
lurus. Sekalipun demikian pada kenyataannya kita akan sulit menemukan data yang
dapat membentuk garis linier sempurna.
Data
yang digunakan dalam Korelasi Pearson sebaiknya memenuhi persyaratan,
diantaranya ialah:
a)
Berskala interval / rasio,
b)
Variabel X dan Y harus bersifat independen satu dengan lainnya,
c)
Variabel harus kuantitatif simetris.
Asumsi dalam Korelasi
Pearson, diantaranya ialah:
a) Terdapat
hubungan linier antara X dan Y,
b) Data
berdistribusi normal,
c) Variabel
X dan Y simetris. Variabel X tidak berfungsi sebagai variabel bebas dan Y sebagai variable tergantung,
d) Sampling
representative,
e) Varian
kedua variable sama
Korelasi Pearson menghitung korelasi
dengan menggunakan variasi data. Keragaman data tersebut dapat menunjukkan
korelasinya. Korelasi ini menghitung data apa adanya, tidak membuat ranking
atas data yang digunakan seperti pada korelasi Rank Spearman. Ketika kita
memiliki data numerik seperti nilai tukar rupiah, data rasio keuangan, tingkat
pertumbuhan ekonomi, data berat badan dan contoh data numerik lainnya, maka
Korelasi Pearson Product Moment cocok digunakan.
b) Koefisien
Korelasi Rank Spearman
Korelasi Spearman
merupakan pengukuran non-parametrik. Koefesien korelasi ini mempuyai simbol
r (rho). Pengukuran dengan menggunakan
koefesien korelasi Spearman digunakan untuk menilai adanya seberapa baik fungsi
monotonik (suatu fungsi yang sesuai perintah) arbitrer digunakan untuk menggambarkan hubungan dua
variabel dengan tanpa membuat asumsi distribusi frekuensi dari variabel-variabel
yang diteliti. Nilai koefesien korelasi dan kriteria penilaian kekuatan
hubungan dua variabel sama dengan yang digunakan dalam korelasi Pearson.
Penghitungan dilakukan dengan cara yang sama dengan korelasi Pearson, perbedaan
terletak pada pengubahan data kedalam bentuk ranking sebelum dihitung koefesien
korelasinya. Itulah sebabnya korelasi ini disebut sebagai Korelasi Rank
Spearman
Koefisien
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk data diskrit dan kontinu namun untuk
statistik nonparametrik. Koefisien korelasi Rank Spearman lebih cocok untuk
digunakan pada statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik adalah
statistik yang digunakan ketika data tidak memiliki informasi parameter, data
tidak berdistribusi normal atau data diukur dalam bentuk ranking. Berbeda
dengan Korelasi Pearson, korelasi ini tidak memerlukan asumsi normalitas, maka
korelasi Rank Spearman cocok juga
digunakan untuk data dengan sampel kecil.
Korelasi
Rank Spearman menghitung korelasi dengan menghitung ranking data terlebih dahulu.
Artinya korelasi dihitung berdasarkan orde data. Ketika peneliti berhadapan
dengan data kategorik seperti kategori pekerjaan, tingkat pendidikan, kelompok
usia, dan contoh data ketegorik lainnya, maka Korelasi Rank Spearman cocok
digunakan. Korelasi Rank Spearman pun cocok digunakan pada kondisi dimana
peneliti dihadapkan pada data numerik (kurs rupiah, rasio keuangan, pertumbuhan
ekonomi), namun peneliti tidak memiliki cukup banyak data (data kurang dari
30).
Data
yang digunakan untuk korelasi Spearman harus berskala ordinal. Berbeda dengan
Korelasi Pearson, Korelasi Spearman tidak memerlukan asumsi adanya hubungan
linier dalam variable-variabel yang
diukur dan tidak perlu menggunakan data berskala interval, tetapi cukup dengan
menggunakan data berskala ordinal. Asumsi yang digunakan dalam korelasi ini
ialah tingkatan (rank) berikutnya harus
menunjukkan posisi jarak yang sama pada variable-variabel yang diukur. Jika
menggunakan skala Likert, maka jarak skala yang digunakan harus sama. Juga,
data tidak harus berdistribusi normal.
c) Korelasi
Parsial
Korelasi
parsial adalah suatu metode pengukuran keeratan hubungan (korelasi) antara
variabel bebas dan variabel tak bebas dengan mengontrol salah satu variabel
bebas untuk melihat korelasi natural antara variabel yang tidak terkontrol.
Analisis korelasi parsial (partial correlation) melibatkan dua variabel. Satu
buah variabel yang dianggap berpengaruh akan dikendalikan atau dibuat tetap
(sebagai variabel kontrol).
Sebagai
contoh misalnya kita akan meneliti hubungan variabel X2 dan variabel bebas Y,
denganX1 dikontrol (korelasi parsial). Disini variabel yang dikontrol (X1)
dikeluarkan atau dibuat konstan. Sehingga X2’ = X2 – (b2X1 + a2 ) dan Y’ = Y –
(b1 X1 +a1 ), tetapi nilai a dan b didapatkan dengan menggunakan regresi
linear. Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dicari regresi X2‘ dengan Y’
dimana : Y’ = b3X2’ +a3. Korelasi yang didapatkan dan sejalan dengan
model-model di atas dinamakan korelasi parsial X2 dan Y sedangkan X1 dibuat
konstan.
Nilai
korelasi berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti
hubungan antara dua variabel semakin kuat. Sebaliknya, jika nilai mendekati 0
berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
hubungan searah (X naik, maka Y naik) sementara nilai negatif menunjukkan
hubungan terbalik (X naik, maka Y turun).
Data yang digunakan
dalam korelasi parsial biasanya memiliki skala interval atau rasio. Berikut
adalah pedoman untuk memberikan interpretasi serta analisis bagi koefisien
korelasi menurut Sugiyono:
0.0 -
0,199 = sangat rendah
1.0 0,20
- 0,3999 = rendah
0,40 - 0,5999 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat
kuat
d) Korelasi
Ganda
Korelasi
ganda adalah bentuk korelasi yang digunakan untuk melihat hubungan antara tiga
atau lebih variabel (dua atau lebih variabel independen dan satu variabel
dependent. Korelasi ganda berkaitan dengan interkorelasi variabel-variabel
independen sebagaimana korelasi mereka dengan variabel dependen.
Korelasi
ganda adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua
variabel atau lebih secara bersama-sama dengan variabel lain. Korelasi ganda
merupakan korelasi yang terdiri dari dua atau lebih variabel bebas
(X1,X2,…..Xn) serta satu variabel terikat (Y). Apabila perumusan masalahnya
terdiri dari tiga masalah, maka hubungan antara masing-masing variabel
dilakukan dengan cara perhitungan korelasi sederhana.
Korelasi
ganda memiliki koefisien korelasi, yakni besar kecilnya hubungan antara dua
variabel yang dinyatakan dalam bilangan. Koefisien Korelasi disimbolkan dengan
huruf R. Besarnya Koefisien Korelasi adalah antara -1; 0; dan +1.
1) Hubungan
Positif (Positive Correlation)
Perubahan
satu variabel searah dengan perubahan variabel lain (r mendekati 1)
Misal : jika gaji naik maka harga kebutuhan pokok juga naik.
Misal : jika gaji naik maka harga kebutuhan pokok juga naik.
2) Hubungan
Negatif (Negative Correlation)
Perubahan satu variabel berlawanan
arah dengan perubahan variabel lain (r mendekati – 1).
Misal : jika harga
barag meningkat maka jumlah konsumen berkurang.
Korelasi hanya mengukur
kekuatan asosiasi antara kedua variabel. Angka yang tinggi tidak
mengimplikasikan kausalitas. (Stephen P. Robbins:429)
4.
Konsep
Linieritas dan Korelasi
Terdapat
hubungan erat antara pengertian korelasi dan linieritas. Korelasi Pearson,
misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan linier dalam dua variabel.
Sekalipun demikian jika asumsi normalitas salah maka nilai korelasi tidak akan
memadai untuk membuktikan adanya hubungan linieritas. Linieritas artinya asumsi
adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara variabel. Linearitas antara dua
variabel dapat dinilai melalui observasi scatterplots bivariat. Jika kedua
variabel berdistribusi normal dan behubungan secara linier, maka scatterplot berbentuk oval; jika tidak
berdistribusi normal scatterplot tidak berbentuk oval.
Dalam
praktinya kadang data yang digunakan akan menghasilkan korelasi tinggi tetapi
hubungan tidak linier; atau sebaliknya korelasi rendah tetapi hubungan linier.
Dengan demikian agar linieritas hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan
harus mempunyai distribusi normal. Dengan kata lain, koefesien korelasi hanya
merupakan statistik ringkasan sehingga tidak dapat digunakan sebagai sarana
untuk memeriksa data secara individual.
5.
Asumsi
– Asumsi Dalam Korelasi
Asumsi
– asumsi dasar korelasi diantaranya ialah:
a) Kedua
variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing
variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya.
b) Tidak
ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
c) Data
untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi
normal artinya data yang distribusinya
simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva
bel.
6.
Karakteristik
Korelasi
Korelasi mempunyai
karakteristik-karakteristik diantaranya:
a) Kisaran
Korelasi
Kisaran (range)
korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif dan dapat pula negatif.
b) Korelasi
Sama Dengan Nol
Korelasi sama dengan 0
mempunyai arti tidak ada hubungan antara dua variabel.
c) Korelasi
Sama Dengan Satu
Korelasi sama dengan +
1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis
lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X
naik, maka Y juga naik.
d) Korelasi
sama dengan minus satu
Artinya kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi
sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun dan
berlaku sebaliknya.
7.
Menguji
Hipotesis Dalam Korelasi
Pengujian
hipotesis uintuk korelasi digunakan uji T. Rumusnya sebagai berikut:
Pengambilan keputusan
menggunakan angka pembanding t tabel dengan
kriteria sebagai berikut:
• Jika t hitung > t table H0 ditolak;
H1 diterima
• Jika t hitung < t table H0
diterima; H1 ditolak
Kriteria ini hanya
berlaku untuk nilai t hitung yang positif (+).
Contoh:
Hubungan antara
kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Hipotesis berbunyi
sebagai berikut:
H0: Tidak ada hubungan
antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
H1: Ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Sebagai
contoh hasil t hitung sebesar 3,6 . T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of
freedom: n-2, dan n = 30 diketemukan sebesar: 2,048. Didasarkan ketentuan di
atas, maka t hitung 3,6 > t table 2,048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima. Artinya ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Cara
pengujian berikutnya ialah menggunakan kurva. Penggunaan kurva bermanfaat
sekali jika nilai t hitung negatif
(-). Jika nilai t hitung negatif (-) maka pengujian dilakukan disisi kiri; sedang
nilai t hitung positif (+),maka pengujian dilakukan disisi kanan. Kurva
pengujian akan seperti dibawah ini:
Untuk
melakukan pengujian hipotesis dilakukan disisi kiri kurva jika t hitung
diketemukan negative (-). Bilangan negatif t tidak bermakna minus (hitungan)
tetapi mempunyai makna bahwa pengujian hipotesis dilakukan di sisi kiri. Caranya ialah sebagai contoh hasil t hitung
sebesar -3,6 . T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of freedom: n-2, dan n =
30 diketemukan sebesar: 2,048. Letakkan nilai-nilai tersebut di kurva seperti
di bawah ini:
Kurva di atas
menunjukkan bahwa t hitung jatuh di area H0 ditolak; dengan demikian H1
diterima. Oleh karena itu kesimpulannya ialah ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan loyalitas pegawai.
Jika nilai t hitung
positif (+),maka pengujian dilakukan disisi kanan. Kurva pengujian akan seperti
dibawah ini:
Kurva di atas menunjukkan bahwa t hitung jatuh di area H0 ditolak; dengan demikian H1 diterima. Oleh karena itu kesimpulannya ialah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai.Disamping menggunakan cara diatas, cara ketiga ialah menggunakan angka signifikansi. Caranya sebagai berikut:
Hipotesis berbunyi sebagai
berikut:
H0: Tidak ada hubungan
signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
H1: Ada hubungan
signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Sebagai contoh angka
signifikansi hasil perhitungan sebesar 0,03. Bandingkan dengan angka
signifikansi sebesar 0,05. Keputusan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Jika angka signifikansi
hasil riset < 0,05, maka H0 ditolak.
Jika angka signifikansi
hasil riset > 0,05, maka H0 diterima
Didasarkan
ketentuan diatas maka signifikansi hitung sebesar 0,03 < 0,05, maka H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya Ada
hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai. Dalam IBM
SPSS pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi.
8.
Macam-Macam
Studi Korelasional
a. Studi
Hubungan
Studi
hubungan biasanya dilakukan dalam usaha mendapatkan pemahaman faktor apa saja
atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, misalnya seperti
hasil belajar akademik, konsep diri dan motivasi. Variabel yang diketahui tidak
mempunyai hubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan yang
selanjutnya. Identifikasi variabel yang berhubungan dapat membantu beberapa
tujuan utama. Pertama, studi hubungan dapat memberikan arah untuk melanjutkan
studi kausal-komparatif ataupun eksperimental.
Dalam
studi kausal - komparatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi
terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin saja
berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya agar tidak
bercampur dengan pengaruh variabel bebas. Studi hubungan dapat membantu
peneliti mengidentifkasi variabel-variabel seperti itu, yang berguna untuk
mengontrol, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh variabel bebas yang
sesungguhnya.
b. Studi
Prediksi
Bila
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
dipakai untuk memprediksikan skor pada variabel yang lainnya. Sebagai contoh,
Peringkat SMA, dapat dipakai untuk memprediksikan peringkat di perguruan
tinggi. Variabel yang mendasar pembuatan diacu sebagai kriteria.
Studi
prediksi sering dilakukan guna memudahkan dalam pengambilan suatu kesimpulan
mengenai individu atau membantu dalam pemilihan individu. Studi prediksi juga
dijalankan guna menguji hipotesis teoretis tentang variabel yang dipercaya
menjadi pediktor pad suatu kriteria, dan guna menentukan validitas prediktif
dari instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi
digunakan untuk memprediksikan level keberhasilan yang kemungkinan diperoleh
individu pada mata pelajaran tertentu, mislanya aljabar pada tahun pertama
untuk memprediksikan individu mana yang kemungkinan sukses di perguruan tinggi
atau untuk memprediksikan dalam bidang studi mana seseorang individu mungkin
yang paling sukses.
Bila
beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan suatu
variabel kriteria, prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari beberapa
variabel tersebut akan lebih akurat daripada didasarkan hanya pada salah satu
darinya. Sebagai contoh, prediksi kesuksesan di perguruan tinggi umumnya
didasarkan pada kombinasi beberapa faktor, seperti rangking dalam peringkat
kelas, peringkat SMA, dan skor pada ujian masuk perguruan tinggi. Meskipun
terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi dengan studi hubungan,
keduanya melibatkan penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang
diidentifikasi dan variabel kompleks.
c. Korelasi
dan Kausalitas
Penelitian
korelasional merupakan suatu studi bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar
variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r). Kuadrat dari koefisien
korelasi akan menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu hubungan
korelasional antara 2 variabel kadang kala merupakan hasil dari sumber lain,
jadi peneliti haruslah hati-hati dan korelasi tidaklah harus menjelaskan sebab
dan akibat. Bila suatu hubungan yang kuat ditemukan antara 2 variabel,
kausalitas dapat diuji melalui pemakaian pendekatan eksperimental.
Berbagai
rancangan penelitian korelasional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa realitas
lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan
penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi dan dipengaruhi
oleh sesuatu yang lain. Jaringan hubungan ini tidak linier, seperti dalam
penelitian eksperimental. Dengan demikian, dinamika suatu sistem-bagaimana
setiap bagian yang lain-lebih penting kausalitas. Sebagai suatu kaidah,
rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan rancangan
panel lintas-akhir (cross-lagged panel designs) membolehkan
pernyataan-pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah kuantitatif
9.
Perbedaan
Dasar Antara Korelasi dan Kausalitas
Ada
perbedaan mendasar antara korelasi dan kausalitas. Jika kedua variabel
dikatakan berkorelasi, maka kita tergoda untuk mengatakan bahwa variabel yang
satu mempengaruhi variabel yang lain atau dengan kata lain terdapat hubungan
kausalitas. Kenyataannya belum tentu. Hubungan kausalitas terjadi jika variabel
X mempengaruhi Y. Jika kedua variabel diperlakukan secara simetris (nilai
pengukuran tetap sama seandainya peranan variabel-variabel tersebut
ditukar) maka meski kedua variabel
berkorelasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan kausalitas. Dengan
demikian, jika terdapat dua variabel yang berkorelasi, tidak harus terdapat
hubungan kausalitas.
Terdapat
dictum yang mengatakan “correlation does not imply causation”. Artinya korelasi
tidak dapat digunakan secara valid untuk melihat adanya hubungan kausalitas dalam
variabel-variabel. Dalam korelasi aspek-aspek yang melandasi terdapatnya
hubungan antar variabel mungkin tidak diketahui atau tidak langsung. Oleh
karena itu dengan menetapkan korelasi dalam hubungannya dengan
variabel-variabel yang diteliti tidak akan memberikan persyaratan yang memadai
untuk menetapkan hubungan kausalitas kedalam variabel-variabel tersebut. Sekalipun demikian bukan berarti
bahwa korelasi tidak dapat digunakan sebagai indikasi adanya hubungan
kausalitas antar variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai salah satu bukti
adanya kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi tidak dapat memberikan
indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang itu terjadi dalam
variabel-variabel yang diteliti, misalnya model recursive, dimana X
mempengaruhi Y atau non-recursive, misalnya X mempengaruhi Y dan Y mempengaruhi
X. Dengan untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak dapat begitu saja
dilihat dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya menggunakan model-model yang
lebih tepat, misalnya regresi, analisis jalur atau structural equation
modeling.
10. Keberadaan Pengaruh
a. Hubungan
Simetris (Symmetrical Relationship)
Hubungan simetris
terjadi apabila :
1) Kedua
variabel adalah akibat dari suatu vaktor yang sama, misalnya meningkatnya
penggunaan internet dikalangan masyarakat dengan, naiknya jumlah oplah surat
kabar, merupakan dua variabel yang tidak saling mempengaruhi, namun diakibatkan
oleh faktor yang sama, yaitu meningkatnya kebutuhan informasi ditengah
masyarakat.
2) Kedua
variabel berkaitan secara fungsional, misalnya hubungan antara petani dengan
cangkul, hubungan guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, dan
sebagainya.
3) Kedua
variabel mempunyai hubungan karena kebetulan semata-mata, misalnya secara
kebetulan semua murid berkacamata gemar membaca. Hubungan antara variabel murid
berkacamata dengan gemar membaca adalah hubungan simetris.
Beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya hubungan yang simetris :
1) Kedua
variabel sesungguhnya indikator-indikator dari suatu konsep (alternative indicators of the same concept)
Contoh : Mahasiswa yang
dikatakan “Pintar” bisa saja nilai matematikanya 9 dan nilai Bahasa Inggrisnya
9 atau 8
Jadi akan tidak ada
gunanya jika meneliti hubungan antara nilai matematika dengan bahasa Inggris,
karena umumnya mahasiswa yang pintar akan memiliki nilai yang tinggi untuk tiap
matakuliah
2) Kedua
variabel merupakan akibat dari suatu sebab yang sama (effect of common sense)
Contoh : Orang yang
matanya berkunang-kunang, biasanya badannya akan lemas
Kedua variabel tidak
perlu diteliti, karena keduanya bisa disebabkan karena rasa “lapar”
3) Kedua
variabel merupakan hubungan saling tergantung secara fungsional (functional interdependent)
Contoh : Jumlah aktiva
lancar suatu perusahaan seolah-olah berhubungan Likuiditas perusahaan (current
ratio). Padahal current ratio merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar
terhadap jumlah kewajiban Lancar
4) Kedua
variabel sebenarnya merupakan komponen dari suatu sistem atau dari sesuatu yang
kompleks (parts of common system or
complex)
Contoh : Kesukaan
terhadap hamburger seolah-olah berhubungan dengan kesukaan terhadap minuman
bersoda. Padahal keduanya merupakan komponen dari gaya hidup “suka makan enak”
5) Kedua
variabel bisa berubah bersamaan karena kebetulan/fortuitous
b. Hubungan
Asimetris (Asymmetrical Relationship)
Hubungan
asimetris adalah hubungan antara variabel, yakni suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, namun sifatnya tidak timbal balik. Pada dasarnya inti pokok
analisis-analisis sosial terletak pada hubungan asimetris ini. Misalnya,
hubungan antara keamanan suatu negara dengan penanaman modal asing. Keamanan
suatu negara akan mempengaruhi tingkat penanaman modal (investasi) asing
dinegara tersebut. Tingginya angka pengangguran dapat mempengaruhi tingkat
kriminalitas di masyarakat; tingkat pendidikan mempengaruhi pola hidup sehat;
tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, dan sebagainya.
Inti
pokok analisa sosial terdapat dalam hubungan asimetris dimana satu variabel
mempengaruhi variabel yang lain. Terdapat 6 hubungan asimetris, yaitu:
1) Hubungan
antara stimulus & respons yang merupakan salah satu hubungan kausal &
umumnya diteliti dalam ilmu eksak, psokologi & pendidikan.
2) Hubungan
antara disposisi & respons . disposisi adalah kecenderungan untuk
menunjukkan respon tertentu dalam situasi tertentu. Contoh hubungan ini misal
hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan memakai obat
tradisional, atau keinginan bekerja & frekuensi mencari kerja.
3) Hubungan
antara ciri individu & disposisi atau tingkah laku. Ciri individu adalah
sifat individu yang tidak berubah & tidak dipengaruhi lingkungan seperti
seks, suku bangsa.
4) Hubungan
antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu. Contohnya agar
penyebarluasan kontrasepsi lewat saluran komersial bertambah luas, pajak impor
kontrasepsi dibebaskan.
5) Hubungan
yang imanen antara dua variabel.
6) Hubungan
antara tujuan (ends) & cara (means). Contohnya jumlah jam belajar &
nilai ujian yang diperoleh.
Terdapat
pula beberapa hubungan asimetris, yaitu :
1) Hubungan
Asimetris Dua Variabel
Dalam
penelitian survai & penelitian sosial umumnya lebih banyak diarahkan pada
hubungan asimetris yaitu hubungan antara variabel pengaruh & terpengaruh
yang juga merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu sosial. Hubungan itu dapat
berupa hubungan antara dua variabel saja (bivariat) atau antara lebih dua
variabel, yaitu satu variabel terpengaruh & beberapa variabel terpengaruh
(hubungan multivariat). Dalam penelitian ada beberapa cara untuk menguji
hubungan antara dua variabel yaitu tabulasi silang, rumus kai kuadrat, korelasi
dan regresi.
2) Hubungan
Asimetris Tiga Variabel
Ada
cara lain untuk mamasukkan ke dalam analisa variabel tambahan yang mempengaruhi
variabel terpengaruh & variabel pengaruh. Yaitu dengan mengontrol variabel
ketiga atau ke empat baik melalui sistem analisa atau dengan cara penentuan
sampel. Dengan tujuan peneliti tidak terganggu oleh variabel-variabel tersebut
dalam penelitiannya. Peneliti dapat mengubah pengaruh variabel luar dengan
memasukkannya menjadi variabel kontrol atau penguji kedalam analisa. Dalam
analisa kependudukan umur adalah variabel kontrol yang penting karena umur
seseorang berpengaruh besar terhadap vertilitas, mortalitas migrasi dan juga
terhadap variabel pengaruh seperti pendidikan & status ekonomi. Untuk
memilih atau menentukan variabel-variabel kontrol tadi, peneliti dapat
menggunakan akal sehat, teori & hasil empiris dari penelitian lain sebagai
pedoman.
a) Variabel
penekanan & variabel penggganggu
Dari
hasil analisa awal, tidak ada hubungan antara dua variabel, tetapi jika
variabel kontrol dimasukkan, hubungan itu jadi nampak. Dalam kasus seperti ini
variabel kontrol disebut sebagai variabel penekan (supressor variable)
b) Variabel
antara
Yaitu
suatu variabel yang menjadi pengantara terhadap hubungan variabel yang lain.
Dikatakan sebagai variabel antara apabila dengan masuknya variabel tersebut,
hubungan statistik yang semula nampak antara dua variabel menjadi lemah atau
bahkan lenyap.
c) Variabel
anteseden
Variabel
ini mempunyai kesamaan dengan variabel antara yaitu merupakan hasil yang lebih
mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel. Perbedaanya variabel
antara menyusup di antara variabel pokok, sedangkan variabel antaseden
mendahului variabel pengaruh.
c. Hubungan
Timbal Balik (Reciprocal Relationship)
Hubungan
timbal balik merupakan hubungan antar dua variabel yang saling timbal bali,
maksudnya adalah satu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat terhadap
varibel lainnya, demikian pula sebaliknya, sehingga tidak dapat ditentukan
varibel mana yang menjadi sebab atau variabel mana yang menjadi akibat.
misalnya dalam waktu variabel x mempengaruhi y, dan dalam waktu lain variabel y
dapat mempengaruhi x.
Contoh, hubungan antara
motivasi belajar dengan minat membaca, motivasi belajar dapat mempengaruhi
minat membaca, demikian pula sebaliknya, minat membaca dapat mempengaruhi
motivasi belajar.
Contoh lain, penenaman modal
(investment) mendatangkan keuntungan, dan sebaliknyak keuntungan akan
memungkinkan timbulnya penanaman modal. Berdasarkan contoh-contoh ini, variabel
terpengaruh pada berubah menjadi variabel pengaruh di waktu lain, demikian pula
sebaliknya.
KESIMPULAN
Teori
adalah serangkaian konsep, definisi, dan preposisi yang saling berkaitan dan
bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena pada
umumnya. Penggunaan teori penting kiranya dalam menelaah suatu masalah atau
fenomena yang terjadi sehingga fenomena tersebut dapat diterangkan secara
eksplisit dan sistematis.
Korelasi
merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu dapat
mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain, Misalnya kejadian X mempengerahui
kejadian Y. Apabila dua variable X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai
variable X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memperkirakan/menaksir
atau meramalkan Y. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan/taksiran mengenai
terjadinya suatu kejadian(nilai suatu variabel) untuk waktu yang akan datang.
Variable yang nilainya akan diramalkan disebut variable tidak bebas (dependent
variable), sedangkan variabel C yang nilainya dipergunakan untuk meramalkan
nilai Y disebut variable bebas (independent variable) atau variable peramal
(predictor) atau seringkali disebut variable yang menerangkan (explanatory).
Arah
Hubungan (korelasi)
1. Hubungan
Positif (Positive Correlation
Hubungan Positif adalah
hubungan yang terjadi apabila satu fenomena bergerak naik maka fenomena yang
lain juga naik, sebaliknya apabila satu fenomena bergerak turun maka fenomena
lain juga turun.
2. Hubungan
Negatif (Negative Correlation)
Hubungan Negatif adalah
hubungan yang terjadi apabila satu fenomena bergerak naik maka fenomena yang
lainnya justru turun, sebaliknya apabila satu fenomena bergerak turun maka
fenomena lain justru naik.
Keberadaan
Pengaruh
1. Hubungan
Simetris (Symmetrical Relationship)
Hubungan simetris
adalah hubungan yang terjadi apabila variabel yang satu tidak saling
mempengaruhi terhadap variabel yang lainnya.
Beberapa penyebab
hubungan simetris:
a) Kedua
variabel sesungguhnya indikator-indikator dari suatu konsep (alternative
indicators of the same concept)
b) Kedua
variabel merupakan akibat dari suatu sebab yang sama (effect of common sense)
c) Kedua
variabel merupakan hubungan saling tergantung secara fungsional (functional
interdependent)
d) Kedua
variabel sebenarnya merupakan komponen dari suatu sistem atau dari sesuatu yang
kompleks (parts of common system or complex)
2. Hubungan
Asimetris (Asymmetrical Relationship)
Hubungan asimetris
adalah hubungan yang terjadi apabila variabel yang satu mempengaruhi variabel
yang lainnya; di sisi lain variabel yang lainnya tidak mempengaruhi variabel
yang satu.
Jenis hubungan
asimetris :
a) Hubungan
antara stimulus & respons
b) Hubungan
antara disposisi & respons
c) Hubungan
antara ciri individu & disposisi atau tingkah laku
d) Hubungan
antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu
e) Hubungan
yang imanen antara dua variabel
f) Hubungan
antara tujuan (ends) & cara (means).
3. Hubungan
Timbal Balik (Reciprocal Relationship)
Satu variabel dapat
menjadi sebab dan juga akibat terhadap varibel lainnya, demikian pula
sebaliknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir,
2007. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hadjar,
Ibnu, 1999. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
http://ecaecy.wordpress.com/2012/01/13/penelitian-korelasonal/
L.
Moleong. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung:
Maryadi.
Variabel Penelitian Variabel Penelitian. Diakses pada Selasa 18 sept 2017 jam
19.27(https://www.academia.edu/11619635/Variabel_Penelitian_Variabel_Penelitian?auto=download)
Rakhmat,
Jalaluddin, 2004. Metode Penelitian
Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Robbins,
Stephen P. Dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku
Organisai Organizational Behavior Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat (https://books.google.co.id/books?id=RD8tcRrWBhYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false)
Singarimbun,
Masri dan Sofian Effendi. 1998. Metode
Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES.
Sukardi,
2008. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara
Suryabrata,
Sumadi,1994. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suyanto,
Bagong dan Sutinah. 2005. Metode
Penelitian Sosial. Berbagai Pendekatan Alternatif. Jakarta : Kencana..
Syamsuddin.
2005. Matematika SMK 3 Kelompok Bisnis
dan Manajemen SMK untuk Kelas 3. Jakarta : Grasindo
(https://books.google.co.id/books?id=znJj2f1v5CkC&pg=PA61&dq=pengertian+korelasi&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20korelasi&f=false)
Univ.
Ciputra (Online Class)
http://ciputrauceo.net/blog/2016/5/16/pengertian-korelasi-dan-macam-macam-korelasi
0 komentar:
Posting Komentar