DUDUDAMDIDU - blog gado gado seputar tugas kuliah -

Cari Blog Ini

Perbedaan Hipotesis Penelitian & Hipotesis Statistik

Hipotesis penelitian yaitu jawaban teoritis terhadap rumusan masalah, sedangkan hipotesis statistik itu ada apabila penelitian bekerja ...

Followers

Kamis, 26 Oktober 2017

MELALUI PMRI PENGHARGAAN KEPADA SISWA TERBENTUK




Pendahuluan
            Bukan rahasia lagi ,untuk mengajar  berhitung (sekarang matematika) guru harus siap segalanya, terutama kesiapan emosional.Tidak sedikit guru yang sering marah-marah di saat mengajar matematika.Misalnya: “Kamu itu bagaimana, sudah sering diterangkan mengerjakan soalseperti ini tidak dapat!”, bentak seorang guru sambil melotot. Akibatnya anaks atu kelas diam seribu bahasa. Belum puas dengan kata-kata itu gur mungkin melanjutkan bentakannya. “Hafal tidak kamu perkalian 6x7!”, “Hafal Pak” celetuk salah seorang anak. “Coba yang lain bagaimana!” lanjut Pak Guru. Itulah sekelumit contoh penggalan kejadian dalam pegajaran matematika yang dilakukan banyak guru.
Guru SangatMenghargai Pendapat Anak
            Melalui PMRI kebiasaan mengajar matematika dengan mengerjakan soal seperti contoh diatas ditiadakan. Sasaran pengajaran matematika tidak semata-mata hasil akhirnya yang diutamakan. Namun prosesnyalah yang sangat dipentingkan. Melalui prosesitu ternyata:
1.      Anakdapat bernegosiasi dengan anak lain. Anak yang merasa lebih bisa berani memberipenjelasan kepada anak lain. Anak tampak akrab dengan pelajaran matematika.Akhirnya pelajaran hidup tidak monoton.
2.      Gurusemakin menyadari keberagaman siswa di dalam menjawab soal. Denganmemperhatikan cara mengajarkan soal yang beragam, guru semakin sadar bahwa anakmemang mempunyai keanekaragaman yang harus diakui.  Cara mengerjakan soal tidak harus seperticara yang diajarkan guru.
3.      Pengajaranmenjadi hidup. Suasana menjadi lebih menyenangkan, karena guru tidak memaksakankehendaknya. Disinilah peran guru agar lebih jeli memperhatikan kreativitasanak.
4.      Anakyang apatis lama-lama menjadi simpati terhadap matematika, sebab mereka merasahasil karyanya dihargai guru.
Keberagaman cara siswa menjawab soal matematikanampak dalam contoh berikut yang terjadi dalam pengajaran penjumlahan di kelas2 SDN Timbulharjo, Sleman. Guru mengajukan masalah: 97+15= . . .
Jawaban beberapa anak seperti dibawah ini:
Si A menjawab
97 + 15 = 90+7+10+5
            =90+10+7+5
            =100+12
            =112
Si B menjawab
97 + 15 = 10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+7+5
            =100+7+5
            =112
Si C menjawab
97 + 15 =90+7+10+5
            =100+12
            =112
Si D menjawab
97 + 15 =97+3+5
            =100+12
            =112
Dengan memperhatikan beberapa jawaban anak,  guru sadar bahwa didalam menjawab terdapatberaneka ragam cara anak. Hal itu harus kita hargai.
Kesimpulan
            PMRI merupakan pendekatan pengajaran matematika yang dialamnya terkandung nilaisaling menghargai, sehingga PMRI ternyata dapat diapakai sebagai media belajarberdemokrasi. Anak yang merasa bisa menjadi mau dan mampu memberi penjalasankepada temannya yang tidak mampu. Begitu pula anak yang tidak mampu tidaksegan-segan untuk bertanya kepada yang lebih maju. Dilain pihak, guru menjadisemakin banyak waktu untuk mengamati kemajuan anak secara ndividual.
GuruSDN Timbulharjo Sleman
Timsosialisasi PMRI USD

 Komentar :
Seharusnya penghargaan kepada siswa memang diperlukan. Tidak sedikit guru yang hanya mementingkan hasil akhir tanpa memperhatikan prosesnya. Didalam kegiatan belajar mengajar seringkali guru marah apabila siswa belum mampu mengerjakan soal yang diberikan,padahal kondisi tersebut tidak hanya dipengaruhi olehkemampuan siswa saja namun mungkin juga dipengaruhi guru yang terkesan galakdan membuat siswa merasa “sepaneng” sehinggamembuat siswa kurang dapat memahami materi yang disampaikan dan belum dapat mengejarkansoal dengan baik karena mereka merasa takut untuk bertanya. Apabila prosesdalam pengajaran matematika tersebut lebih dipentingkan, guru tentu akan lebih menekankan bagaimana cara memperoleh hasil dari jawaban soal diberikan bukan hanya berapa hasil jawaban dari soal yang diberikan. Karena apabila guru hanya menekankan berapa hasil jawaban dari soal yang diberikan siswa akan berpikir“Menyontek saja, kan yang dinilai cuma hasilnya bukan caranya”. Guru  yang hanya mementingkan hasil juga jarang memantau kemajuan siswa secara individu. Setelah memberikan soal kemudianmemberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan , guru biasanya hanyamenanyakan hasl jawabannya. Apabila jawaban yang diberikan sudah benar guruterkadang tidak membahas bagaimana cara memperoleh hasil tersebut, padahalkemampuan siswa berbeda-beda tidak semua mampu memahami bagaimana cara memperoleh hasil dari soal yang diberikan. Berbeda dengan guru yang lebih menekankan proses, siswa dapat memahami materi dengan baik. Mereka juga bersemangat mengerjakan soal karena mereka merasa bisa sehingga pengajaran tampak hidup dan tidak monoton.

0 komentar:

Posting Komentar