Pendahuluan
Bukan rahasia lagi ,untuk mengajar berhitung (sekarang matematika) guru
harus siap segalanya, terutama kesiapan emosional.Tidak sedikit guru yang
sering marah-marah di saat mengajar matematika.Misalnya: “Kamu itu bagaimana, sudah sering diterangkan mengerjakan soalseperti
ini tidak dapat!”, bentak seorang guru sambil melotot. Akibatnya anaks atu
kelas diam seribu bahasa. Belum puas dengan kata-kata itu gur mungkin melanjutkan
bentakannya. “Hafal tidak kamu perkalian
6x7!”, “Hafal Pak” celetuk salah
seorang anak. “Coba yang lain bagaimana!”
lanjut Pak Guru. Itulah sekelumit contoh penggalan kejadian dalam pegajaran
matematika yang dilakukan banyak guru.
Guru SangatMenghargai Pendapat Anak
Melalui PMRI kebiasaan mengajar matematika dengan mengerjakan soal seperti
contoh diatas ditiadakan. Sasaran pengajaran matematika tidak semata-mata hasil
akhirnya yang diutamakan. Namun prosesnyalah yang sangat dipentingkan. Melalui
prosesitu ternyata:
1. Anakdapat bernegosiasi dengan anak
lain. Anak yang merasa lebih bisa berani memberipenjelasan kepada anak lain.
Anak tampak akrab dengan pelajaran matematika.Akhirnya pelajaran hidup tidak
monoton.
2. Gurusemakin menyadari keberagaman
siswa di dalam menjawab soal. Denganmemperhatikan cara mengajarkan soal yang
beragam, guru semakin sadar bahwa anakmemang mempunyai keanekaragaman yang
harus diakui. Cara mengerjakan soal tidak harus seperticara yang
diajarkan guru.
3. Pengajaranmenjadi hidup. Suasana
menjadi lebih menyenangkan, karena guru tidak memaksakankehendaknya. Disinilah
peran guru agar lebih jeli memperhatikan kreativitasanak.
4. Anakyang apatis lama-lama menjadi
simpati terhadap matematika, sebab mereka merasahasil karyanya dihargai guru.
Keberagaman cara siswa menjawab soal matematikanampak
dalam contoh berikut yang terjadi dalam pengajaran penjumlahan di kelas2 SDN
Timbulharjo, Sleman. Guru mengajukan masalah: 97+15= . . .
Jawaban beberapa anak seperti dibawah ini:
Si A menjawab
97 + 15 = 90+7+10+5
=90+10+7+5
=100+12
=112
Si B menjawab
97 + 15 = 10+10+10+10+10+10+10+10+10+10+7+5
=100+7+5
=112
Si C menjawab
97 + 15 =90+7+10+5
=100+12
=112
Si D menjawab
97 + 15 =97+3+5
=100+12
=112
Dengan memperhatikan beberapa jawaban anak, guru
sadar bahwa didalam menjawab terdapatberaneka ragam cara anak. Hal itu harus
kita hargai.
Kesimpulan
PMRI merupakan pendekatan pengajaran matematika yang dialamnya terkandung
nilaisaling menghargai, sehingga PMRI ternyata dapat diapakai sebagai media
belajarberdemokrasi. Anak yang merasa bisa menjadi mau dan mampu memberi
penjalasankepada temannya yang tidak mampu. Begitu pula anak yang tidak mampu
tidaksegan-segan untuk bertanya kepada yang lebih maju. Dilain pihak, guru
menjadisemakin banyak waktu untuk mengamati kemajuan anak secara ndividual.
GuruSDN Timbulharjo Sleman
Timsosialisasi PMRI USD
Komentar :
Seharusnya penghargaan kepada siswa memang diperlukan.
Tidak sedikit guru yang hanya mementingkan hasil akhir tanpa memperhatikan
prosesnya. Didalam kegiatan belajar mengajar seringkali guru marah apabila
siswa belum mampu mengerjakan soal yang diberikan,padahal kondisi tersebut
tidak hanya dipengaruhi olehkemampuan siswa saja namun mungkin juga dipengaruhi
guru yang terkesan galakdan membuat siswa merasa “sepaneng” sehinggamembuat
siswa kurang dapat memahami materi yang disampaikan dan belum dapat mengejarkansoal
dengan baik karena mereka merasa takut untuk bertanya. Apabila prosesdalam
pengajaran matematika tersebut lebih dipentingkan, guru tentu akan lebih menekankan
bagaimana cara memperoleh hasil dari jawaban soal diberikan bukan hanya berapa
hasil jawaban dari soal yang diberikan. Karena apabila guru hanya menekankan
berapa hasil jawaban dari soal yang diberikan siswa akan berpikir“Menyontek
saja, kan yang dinilai cuma hasilnya bukan caranya”. Guru yang hanya
mementingkan hasil juga jarang memantau kemajuan siswa secara individu. Setelah
memberikan soal kemudianmemberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan , guru
biasanya hanyamenanyakan hasl jawabannya. Apabila jawaban yang diberikan sudah
benar guruterkadang tidak membahas bagaimana cara memperoleh hasil tersebut,
padahalkemampuan siswa berbeda-beda tidak semua mampu memahami bagaimana cara memperoleh
hasil dari soal yang diberikan. Berbeda dengan guru yang lebih menekankan
proses, siswa dapat memahami materi dengan baik. Mereka juga bersemangat mengerjakan
soal karena mereka merasa bisa sehingga pengajaran tampak hidup dan tidak
monoton.